Sudden Sifting
Belum genap setahun rasanya dulu saya ngambilin telur puyuh bolak-balik Blitar-Ponorogo hampir seminggu bisa 2 kali.
Tapi semua kini dunia berlari begitu cepat dan padat, sampai telur Blitar malah gantian lari kesana.
Jika bicara soal pricing gap atau perbedaan harga antara Ponorogo dan Blitar, setahun yang lalu masih menggiurkan.
Per kilo dulu Gapnya bisa mencapai 500-700/kg. Dan itu harga bakul. Artinya, harga bakul dulu di Ponorogo sama dengan harga ternak di Blitar.
Maka, tentu banyak daging yang kita dapat kalau kita brangkat ke sana bawa tre dengan laba tentu saja, kemudian pulang dengan tangan penuh rasa bahagia karena gap harga diatas.
Namun, skrg semuanya sdh berbeda.
Harga disana (harga bakul) persis sama dengan harga jual lokal di blitar.
Jika di Blitar hari ini kita jual harga 21500, maka di Ponorogo harganya persis sama.
Bahkan harga di beberapa bakul cenderung lebih tinggi.
Alasanya ada beberapa. Yang paling nyata ada 3 (tiga):
1. Revolusi Para Bakul Lokal
Secara perlahan, bakul-bakul ponorogo kini bertransformasi menjadi bakul kirim area Jatim.
Bakul-Bakul yang sy dulu kenal dan pernah bertransaksi tentu kini tidak hanya main lokalan. Tidak hanya kirim tulungagung-blitaran.
Mereka kini sudah banyak yang kirim ke SBY, SDA, Jateng, bahkan juga jakarta.
Rata-rata mereka main pick-upan, beberapa ada yg pakai jalur ekpedisi bus, beberapa yang lain mulai kiriman truk penuh.
2. Migrasi Bakul Barat
Saya belun paham sepenuhnya kenapa dulu Blitar adalah Kiblat para peternak, bahkan mungkin sampai sekarang.
Dalam beberapa koran bisnis disebutkan bahwa Blitar adalah sentra ternak dan penghasil telur terbanyak.
Tapi mungkin itu hanya berlaku untuk telur ras. Sepertinya telur puyuh beda pasal.
Dalam buku statistik peternakan yang dikeluarkan oleh dinas pertanian Populasi puyuh Jatim berada di rangking kedua setelah jateng.
Kaitanya dengan itu, maka kemudian banyak bakul barat yang bermigrasi.
Yang dulu ambil jatim kini cukup ambil jateng.
Yang dulu ambil blitar kini cukup ke ponorogo.
Dari segi biaya tentu ongkos transport lebih murah.
3. Sifting area
Percaya atau tidak, data yang dikeluarkan oleh dinas peternakan dalam laporan outlook telur tahun 2017 membuat banyak orang terkejut kejut. Tentu bagi yang mau melek aksara dan mau baca.
Pertumbuhan produksi telur di Indonesia rata2 mencapai 23% per tahun.
Yang tambah mengejutkan, eskalasi percepatan yang paling terlihat bukan di jatim. Tapi di kalimantan, jatim no 2 dilanjutkan sulawesi.
Tampaknya situasi itu juga berlaku untuk peternakan puyuh.
Mereka yang dulu menjadi tujuan pengiriman telur dari blitar pada umumnya kini mulai mendapat suplai dari peternak lokal.
Harga telur lokal dalam keadaan normal tentu saja sangat bersaing.
Secara kualitas bisa di cek langsung sebelum transaksi.
Kalau ada masalah, klaimya pun dekat.
Nah...
Peternak puyuh blitar yang sering tanya2 soal knp kok harga menjadi semakin anomali akhir2 ini, inilah jawabannya.
Kita semua hidup di era 4.0
Masa internet of thing hampir usai.
Welcome artificial intelegent era.
Biyen enek internet pertama kali saja kagetnya bkn main.
Lha malah saiki wes teko zamane, awake dewe lagi nang WC posting status tetep bs kerja dgn metode auto-autonya...
Kenek dijadwal staun skali wisan gae status FB .
Welcome...
Post a Comment