Psuedo Pricing

Suatu saat, dimalam yang temaram dengan lampu bohlam,  pak Budi duduk di teras rumahnya.

Ditemani dengan secangkir teh dan gorengan pisang mata pak Budi terlihat menerawang gemintang sambil sesekali menghela napas panjang.

"Enek opo to, pak kok sajake abot men seng dipikir?? "

Pak Budi kaget dengan suara istrinya yang tiba2 menyadarkannya dan tau-tau sudah duduk disampingnya.

"Anu, anu buk. Ora ono opo2. Mung kepikiran omongane bocah2 maeng"

Jawab pak Budi yang masih terlihat tergagap.

"Emange bocah2 omong opo??"

Tanya sang istri penasaran

"Iku lho,  jare bocah2 ndoke mau ditawar duwur karo uwong,  meh podo karo rego kiriman?"

"Lah,  opo iyo to,  pak??"

"Iyo, bu. Tenan iku. Jare bocah2 mau karo pak kae ndoke ditowo 27200. Padahal Bakul SBY lho iki mau gur kuat 27500?"

Terang pak Budi ke istri.

"Gek sanu sampean ketinggalan info to pak?"
Sergah istri pak Budi.

"Enggak, Buk. Lha iku mau lho bolo2 seng kirim nang SBY tak takoni jawabane meh podo. Payune antara 27500-27700"

Jawab pak Budi meyakinkan istrinya.

"Wah, ngrusak tatanan iku brati pak"
Sahut Ibu Budi.

"Iyo, buk. Lek carane maen ngunu wes iso rusak ki pasare. Opo meneh jare arek2 cah kui tuku ndok larang trus di dol murah"

"Lha kok iso, Pak??"
Potong ibu Budi penasaran.

"Lha yo jare cah2 ngunu buk. Tuku ndok rego 27200. Adole 26500"

"Lah, lak yo rugi to pak??  Duite sepiro akehe kui?  Po nggak bangkrut??"
Soal bu Budi setengah sangsi.

"Yo lek iku gak weruh aku, Buk. Seng jelas wonge sisteme bakulan ngunu kui. Gek yo goleke endok akeh banget jare. Sedino enek 7 ton luweh"

Terang pak Budi.

"Lha lek carane ngunu kui modale nggak yo entek ngge nambeli kerugiane to,  pak??"
Kejar ibu Budi masih penasaran.

"Lek ceritane arek2, bocah kui nyilih tangane wong liyo. Gek yo jumlahe gak siji loro.  Akeh buk. Dadi tuku neng mae cah siji 1 ton misale,  mengko dibayar 5 kwintal sisane diutang. Trus njupuk meneh neng bakul sijine 1 ton juga,  dibayar 5 kw juga, sisane diutang. Ngunu terus sampek cukup 7 ton?"

"Lha yo,  masio lho pak,  kan panggah rugi adole.  Trus carane nutup jumlah rugine kui lho py?"

"Iki misale yo,  pak... "
Jelas ibu Budi mulai menerangkan

"...aku tuku ndok skilo rego 27200, trus tak dol rego 26500. Brati kan rugiku 700 per kilo. Saumpomo blonjoku sedino 4 ton,  lha aku lak yo rugi 4000kg * 700. Temune 2.800.000. Lak yo entek modal sebulan ae,  Pak??"

"Lha kui lek sampean ngitunge bakule gur siji. Lek bakule akeh kan duite panggah muter buk. Walaupun yo tetep mungkin suatu saat bangkrut lek duit puterane wes entek kabeh ko mae bakule."

"Yo,  iyo seh pak... "
Sahut ibu Budi gontai...

=============================

Sebagai bakul newbie saya tidak pernah berpikir akan menghadapi kenyataan yang ternyata jauh melampaui ekpetasi saya.

Saya dulu cuma mikir,  orang bakul jor-joran harga dengan memepetkan keuntungan mungkin masih wajar.

Atau sesekali mengambil momen jual rugi (sedikit) demi mencari pamor itu juga masih masuk akal.

Ternyata,  dunia bakul telur lebih dinamis dari segala pikiran saya. Ternyata ada banyak yang main pshudo pricing atau harga semu ditengah masyarakat peternakan.

Pshudo Pricing atau harga semu bisa muncul dalam berbagai bentuknya di pasaran. Sebenarnya dia bukan harga riil,  ia hanya harga "ciptaan" yang muncul disebabkan karena beberapa alasan. Salah satunya burning money yang pernah saya ceritakan dalam tulisan2 sebelumnya. Tujuanya tentu saja untuk mendapatkan nama ditengah masyarakat peternak.

Harga semu setidaknya dalam masyarakat sering  kita temui dengan 2 model utama.

Pertama menciptakan harga dengan sistem pancingan pembeli semu.

Contoh: Pak Fulan ingin menjual motor seharga 10 juta. Beberapa kali datang pembeli hanya menawar harga 8 juta.

Dengan tujuan agar motornya cepat laku sesuai harga harapan pak Fulan lantas menyewa orang yang berpura-pura menjadi pembeli.

Pembeli itu datang menawar dengan harga 9.8 juta ketika ada pembeli lain datang. Namun kali ini pak Fulan kekueh dengan harga 10 juta. Maka mundurlah pembeli bayaran tersebut.

Pak Fulan lantas berkata pada pembeli asli: "Gimana,  pak. Bapak yang tadi nawar harga 9.8 juta, tapi belum saya kasih. Gimana kalau bapak beli 9.9 juta??  Saya kasih deh"

Model Kedua dengan Cara membuat harga palsu.

Contoh: Pak Hasan adalah seorang pedagang telur newbie. Ketika harga telur naik,  pak Hasan sering tidak dapat barang karena kalah harga.

Demi untuk mendapatkan barang pak Hasan akhirnya menaikkan harga melebihi pesaingnya. Namun pembayaran selalu tidak penuh. Dan tidak pernah lunas.

Model kedua ini sering terjadi dan sangat menggiurkan.

Banyak peternak yang tertipu dengan modus seperti ini. Berharap dapat untung banyak,  tapi malah buntung sebab harga hanya diatas kertas.

Penake ngomong,  gur dibayar Nota.

Pun demikian dengan beberapa pengepul. Berharap untung berlebih dari bakul kiriman karena iming2 harga tinggi,  eh akhirnya duitnya malah macet. Gak dibayar.

Sistem Harga semu seperti ini jika dipraktikkan akan merugikan banyak pihak.

Peternak akan dirugikan secara materi,  pengepul juga dirugikan.

Yang paling berdampak kemudian adalah sistem harga.

Kalau bakul satu membeli dari ternak dengan sistem harga semu kemudian terdengar oleh peternak lain maka peternak lain akan meminta harga serupa pada pengepulnya.

Imbasnya pengepul yg membeli dengan harga riil nggak kuat. Berat.

Kecuali....

Iya,  kecuali kalu ternaknya mau dibayar NOTA TOK.

Hey kamu,  iya kamuuu...
Kalau kamu mau harga tinggi dengan cukup dibayar NOTA,  hubungi saya ya.... 😂

Tidak ada komentar

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();