Akhir Cerita Perang Harga Para Breeder Puyuh
Jika dunia sekarang hanya selebar daun kelor, maka breeder puyuh sekarang sudah sebanyak butiran telor. Dimana-mana ada, eskalasinya tak tanggung-tanggung dan kapasitasnya bikin udel naik ke jantung.
Absolutely, banyaknya produk yang sama dipasar memang membuat efek positif bagi para konsumen. Setidaknya dengan adanya pesaing produsen akan pikir-pikir mau jual mahal produknya. Itu kenapa kita tak bisa nawar kalau beli bensin. Soalnya pemerintah dalam hal ini pertamina nggak ada saingannya. Maka suka nggak suka, nggrundel nggak nggrundul sama aja nyakitinnya.
Selain itu adanya pesaing membuat produsen dituntut untuk memperbaiki pelayanan, selain juga kwalitas jualan. Karena hanya dengan hal itu mereka akan bisa bertahan. Jika mereka menafikan hal tersebut maka efeknya seperih ditinggal mantan. Sakit, tapi nggak ada tetangga yang menjenguk dan bawain buah tangan.
Akan tetapi seperti halnya dunia yang tidak satu warna, hadirnya banyak breeder juga bisa membawa efek negative yang akan kita rasa.
Ancaman Kartel
Dalam sebuah desa terkatalah sebuah pemuda bernama parmin. Melihat warga desa yang mayoritas bertani membuatnya punya inisiatif membuat pupuk dari kotoran puyuhnya. Ide itu muncul karena banyak petani mengeluh harga pupuk yang terus naik, sementara pasokannya sering kali kurang.
Setelah beberapa kali mencoba formula akhirnya parmin menemukan racikan yang pas. Racikan itu kalau dibuat pupuk padi abracadabra padi bisa panen dua kali. Kalau ditaburkan pada tanaman semangka, semangkanya bisa beranak layaknya bakso yang kekinian itu.
Setaun dua tahun berlalu si Parmin bertambah asetnya. Mobil baru tanpa roda, sepeda motor tanpa motornya, dan beberapa property yang sudah di kapling di planet Saturnus sana.
Melihat perkembangan usaha Parmin yang demikian maju, banyak pemuda yang akhirnya mengikuti jejak parmin. Beberapa pemuda gugur ditengah jalan akibat tidak tahan dengan tantangan usaha. Sementara beberapa lainnya berhasil menyamai formula yang parmin kuasai dengan harga yang lebih murah.
Dalam senja yang khusuk Parmin duduk di beranda rumahnya. Sesekali terlintas dibenaknya omset jualan yang semakin turun tersebab adanya pesaing-pesaing didesanya. Ditengah kegalauannya tersebut Parmin punya ide mengumpulkan pesaingnya dirumahnya, tujuannya parmin akan membuat kompromi dan perjanjian agar mereka membuat harga yang seragam.
Nah, lantas anda bisa membayangkan apa yang terjadi?? Yoi, betul, akhirnya masyarakat yang semula menikmati harga pupuk yang murah berangsur-angsur tidak bisa merasakan karena kongkalikong diantara para produsen. Efeknya, pupuk menjadi mahal. Mungkin tak semahal pupuk yang dikeluarkan pemerintah, tapi tetap saja tak semurah dahulu.
Ilustrasi diatas bisa juga terjadi di dunia puyuh. Tapi sejauh ini sepertinya skema tersebut masih jauh dari kenyataan. Terlebih dalam penentuan harga DOQ. Kalau pakannya mungkin iya.
Efek Samping Pasar Bebas
Beberapa hari yang lalu ketika saya mengantarkan pakan puyuh jadi FB 504 ke langganan, kita sempat ngobrol ngalor ngidul seperti biasa. Mulai dari harga telur yang rapuh -naiknya gontai sekaligus turunnya yang kelewat alay- model bisnis puyuh yang sedang berkembang sekarang, sampai pada harga kutuk.
Menurut penuturan beliau yang memang juga seorang tukang pullet (puyuh remaja), harga kutuk pada tahun ini adalah harga terendah yang pernah beliau dapatkan. Dari PT yang terkenal itu harga DOQ bisa didapat dengan harga kisaran 1400-1500 per ekor. Harga blester yang namanya mirip-mirip punya PT dibandrol 1250. Harga puyuh parean cuman 1000. Dan kabar baiknya semua bisa dihutang.
Jika peredaran DOQ tidak terkontrol, sementara pasar telur puyuh tetap, tidak ada ekspansi, yang ada hanya saling tindih bakul, maka bisa kita bayangkan apa yang selanjutnya bisa terjadi.
Betul, pasar DOQ akan overload, anakan puyuh tumpah ruwah, akibatnya populasi puyuh bertambah, dan mau nggak mau harga telur puyuh tidak hanya akan jungkir balik, tapi juga akan langsung salto dan koprol ke tingkat terendah.
Kalau sudah begitu siapa yang akan kena dampak langsungnya???
Tanyakan pada puyuh jantan yang bergoyang…
Masa Depan Bisnis Dunia Peternakan Puyuh
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan dinamisasi bisnis dunia puyuh yang sedang kita lihat sekarang ini. Masalah terbesar yang saya temukan dari membaca referensi dan beberapa artikel adalah pada aspek agribisinisnya.
Kalau ayam negeri kita bisa melihat produk turunan telur yang buanyak. Bisa dibuat sebagai bahan dasar olahan roti dan chip, olahan mie, atau dikonsumsi langsung dengan menu resep nusantara asli.
Sementara telur puyuh???Ah, gelap sekali…..
Karena itu bantu saya mengisinya dibawah ini.
Apa saja olahan telur dan daging puyuh yang ada anda temui disekitar anda???
Mohon di jawab dengan jujur. Bukan dengan imajinasi.
1…..
2….
3….
4…
5…
6…
7…
8…
9…
10…
Absolutely, banyaknya produk yang sama dipasar memang membuat efek positif bagi para konsumen. Setidaknya dengan adanya pesaing produsen akan pikir-pikir mau jual mahal produknya. Itu kenapa kita tak bisa nawar kalau beli bensin. Soalnya pemerintah dalam hal ini pertamina nggak ada saingannya. Maka suka nggak suka, nggrundel nggak nggrundul sama aja nyakitinnya.
Selain itu adanya pesaing membuat produsen dituntut untuk memperbaiki pelayanan, selain juga kwalitas jualan. Karena hanya dengan hal itu mereka akan bisa bertahan. Jika mereka menafikan hal tersebut maka efeknya seperih ditinggal mantan. Sakit, tapi nggak ada tetangga yang menjenguk dan bawain buah tangan.
Akan tetapi seperti halnya dunia yang tidak satu warna, hadirnya banyak breeder juga bisa membawa efek negative yang akan kita rasa.
Ancaman Kartel
Dalam sebuah desa terkatalah sebuah pemuda bernama parmin. Melihat warga desa yang mayoritas bertani membuatnya punya inisiatif membuat pupuk dari kotoran puyuhnya. Ide itu muncul karena banyak petani mengeluh harga pupuk yang terus naik, sementara pasokannya sering kali kurang.
Setelah beberapa kali mencoba formula akhirnya parmin menemukan racikan yang pas. Racikan itu kalau dibuat pupuk padi abracadabra padi bisa panen dua kali. Kalau ditaburkan pada tanaman semangka, semangkanya bisa beranak layaknya bakso yang kekinian itu.
Setaun dua tahun berlalu si Parmin bertambah asetnya. Mobil baru tanpa roda, sepeda motor tanpa motornya, dan beberapa property yang sudah di kapling di planet Saturnus sana.
Melihat perkembangan usaha Parmin yang demikian maju, banyak pemuda yang akhirnya mengikuti jejak parmin. Beberapa pemuda gugur ditengah jalan akibat tidak tahan dengan tantangan usaha. Sementara beberapa lainnya berhasil menyamai formula yang parmin kuasai dengan harga yang lebih murah.
Dalam senja yang khusuk Parmin duduk di beranda rumahnya. Sesekali terlintas dibenaknya omset jualan yang semakin turun tersebab adanya pesaing-pesaing didesanya. Ditengah kegalauannya tersebut Parmin punya ide mengumpulkan pesaingnya dirumahnya, tujuannya parmin akan membuat kompromi dan perjanjian agar mereka membuat harga yang seragam.
Nah, lantas anda bisa membayangkan apa yang terjadi?? Yoi, betul, akhirnya masyarakat yang semula menikmati harga pupuk yang murah berangsur-angsur tidak bisa merasakan karena kongkalikong diantara para produsen. Efeknya, pupuk menjadi mahal. Mungkin tak semahal pupuk yang dikeluarkan pemerintah, tapi tetap saja tak semurah dahulu.
Ilustrasi diatas bisa juga terjadi di dunia puyuh. Tapi sejauh ini sepertinya skema tersebut masih jauh dari kenyataan. Terlebih dalam penentuan harga DOQ. Kalau pakannya mungkin iya.
Efek Samping Pasar Bebas
Beberapa hari yang lalu ketika saya mengantarkan pakan puyuh jadi FB 504 ke langganan, kita sempat ngobrol ngalor ngidul seperti biasa. Mulai dari harga telur yang rapuh -naiknya gontai sekaligus turunnya yang kelewat alay- model bisnis puyuh yang sedang berkembang sekarang, sampai pada harga kutuk.
Menurut penuturan beliau yang memang juga seorang tukang pullet (puyuh remaja), harga kutuk pada tahun ini adalah harga terendah yang pernah beliau dapatkan. Dari PT yang terkenal itu harga DOQ bisa didapat dengan harga kisaran 1400-1500 per ekor. Harga blester yang namanya mirip-mirip punya PT dibandrol 1250. Harga puyuh parean cuman 1000. Dan kabar baiknya semua bisa dihutang.
Jika peredaran DOQ tidak terkontrol, sementara pasar telur puyuh tetap, tidak ada ekspansi, yang ada hanya saling tindih bakul, maka bisa kita bayangkan apa yang selanjutnya bisa terjadi.
Betul, pasar DOQ akan overload, anakan puyuh tumpah ruwah, akibatnya populasi puyuh bertambah, dan mau nggak mau harga telur puyuh tidak hanya akan jungkir balik, tapi juga akan langsung salto dan koprol ke tingkat terendah.
Kalau sudah begitu siapa yang akan kena dampak langsungnya???
Tanyakan pada puyuh jantan yang bergoyang…
Masa Depan Bisnis Dunia Peternakan Puyuh
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan dinamisasi bisnis dunia puyuh yang sedang kita lihat sekarang ini. Masalah terbesar yang saya temukan dari membaca referensi dan beberapa artikel adalah pada aspek agribisinisnya.
Kalau ayam negeri kita bisa melihat produk turunan telur yang buanyak. Bisa dibuat sebagai bahan dasar olahan roti dan chip, olahan mie, atau dikonsumsi langsung dengan menu resep nusantara asli.
Sementara telur puyuh???Ah, gelap sekali…..
Karena itu bantu saya mengisinya dibawah ini.
Apa saja olahan telur dan daging puyuh yang ada anda temui disekitar anda???
Mohon di jawab dengan jujur. Bukan dengan imajinasi.
1…..
2….
3….
4…
5…
6…
7…
8…
9…
10…
Post a Comment