Kenapa Bakul Telur Lokalan Punya Harga Lebih Tinggi Saat Harga Turun?
Sebagai warga masyarakat peternak puyuh yang baik hatinya, saya sesekali juga ingin menghayati rasanya bakulan sendiri di pasar. Saya ingin membuktikan kata para bakul yang seringkali ngeluh pasar sepi dan nyuruh kita nyoba turu bero, eh turun tangan sendiri maksudnya.
Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa gosok kaki, lalu bismillah berangkat ngelapak. Saya mencoba beberapa kali turun ngelapak langsung ke pasar dan atau di jalan utama kota untuk menjual telur puyuh dan juga telur horn. Hasilnya diluar dugaan, ternyata telur puyuh di daerah Tulungagung sini pasarnya luar biasa, gan. Luar biasa sepi maksudnya.
Bagaimana dengan telur horn? Seperti yang saya duga sebelumnya, telur horn lebih rame yang nyari dari pada telur puyuh. Semurah apapun harganya diternak. Maklum, telur horn memang punya banyak turunan produk jika dibanding dengan telur puyuh yang kalau dimasyarakat kita kalau nggak dioseng ya disate. Paling banter di masak balado.
Selain itu tentu karena telur puyuh di Tulungagung bahkan di Blitar memang sentra produksinya. Jadi wajar saja kalau peminatnya dipasar tidak sebanyak di tempat lain. Lha ngapain jauh-jauh ke pasar juga, tetangga aja banyak yang melihara. Dan tentu harganya lebih murah kalau dari kandang. Apalagi kalau harga temen, tambah murah pastinya.
Lantas yang dimaksud lokal disini opo?
Ya, yang dimaksud lokal disini ya kaya label di bis itu, AKDP atau Antar Kota Dalam Provinsi.
Jadi telur yang dipasarkan di daerah Pasuruan, Malang, Probolinggo, Jember, Surabaya, Lamongan dll itu masuk dalam kategori lokalan. Kalau di Jawa Tengah mungkin ya Boyolali, Tegal, Semarang, Banyumas dll yang masih minim peternak puyuh.
Sementara itu yang non lokalan berati masuk wilayah AKAP jangkauannya. Atau Antar Kota Antar Propinsi. Seperti kalau saya dari Blitar kirim ke Boyolali atau Jakarta. Kalau akhirat masuk wilayah apa?? mungkin Interlokal kali ya. Kaya WARTEL jaman dulu. Hehe...
Kembali ke pertanyaan awal: Kenapa kalau lokalan harga lebih tinggi jika dibanding yang AKAP?
Beberapa bakul yang saya wawancarai secara sembunyi-sembunyi berkesimpulan yang hampir sama, yaitu: Karena kekuatan pasar lokal ada di range harga 19.000-22.000. Kalau diatas itu pasar nggak akan kuat ngangkang. Eh, ngangkat.
Biasanya, kalau harga AKAP sudah dibawah 19.000, bakul lokalan akan lebih tinggi dalam memberi harga. Entah itu kacek 500/Kg atau bahkan sampai 1000/Kg.
Tapi, ketika harga naik diatas 22.000 per kilo, biasanya harga lokal akan kalah dengan harga bakul AKAP.
Lalu, apa yang bisa kita simpulkan dari sini???
Apakah anda punya pikiran untuk punya dua bakul saja? Yang satu lokalan dan yang satunya lagi AKAP biar dapat harga terus tokcer? Apakah anda sama dengan saya? Lha emang puyuhnya kita onok piro?Ganjen bener kitanya...
Yup, jadi pesan moralnya adalah bahwasanya berdasarkan bukti-bukti tak terbantahkan jualan telur sendiri lebih sulit dari pada jika kita titip bakul. Entah itu bakul mitra atau bakul pocokan. Apalagi kalau ngecernya di Pasar Wage, Pasar Pon, Pasar Ngemplak, Pasar Senggol, Pasar Boyolangu dan kawan-kawan pasar lainnya yang masih dalam area Blitar-Tulungagung.
Tapi kalau mau untung sudah pasti anda harus turun sendiri, jualan sendiri, apalagi kalau bisa nyampe jualan di akherat sana? Duh, pasti untungnya gede.
Ingat...!!!Guru terbaik adalah pengalaman. Dan pengalaman terbaik adalah sugih tanpo kangelan. Emang enek??? Yo ra enek to mblung-gemblung...
Selamat Berjuang
Keep fighting.....!!!!!
Post a Comment